Senin, 23 Desember 2024

KHADIJAH MEMANG WANITA ISTIMEWA

KHADIJAH MEMANG WANITA ISTIMEWA

 

DUA PERTIGA (2/3) wilayah Makkah adalah milik Siti Khadijah binti khuwailid, istri pertama Rasulullah . Ia wanita bangsawan yang menyandang kemulia'an dan kelimpahan harta kekaya'an. Namun ketika wafat, tak selembar kafan pun dia miliki. Bahkan baju yang dikenakannya di sa'at menjelang ajal adalah pakaian kumuh dengan 83 tambalan.
"Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba," bisik Khadijah kepada Fatimah sesa'at menjelang ajal. "Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku. Aku malu dan takut memintanya sendiri."

Mendengar itu Rasulullah berkata, "Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di syurga." Siti Khadijah, Ummul Mu’minin (ibu kaum mukmin), pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Rasulullah. Didekapnya sang istri itu dengan perasa'an pilu yang teramat sangat. Tumpahlah air mata Mulia Rasulullah dan semua orang yang ada di situ.

Dalam suasana seperti itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan. Rasulullah menjawab salam Jibril, kemudian bertanya, "Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?" "Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali dan Hasan," jawab Jibril yang tiba-tiba berhenti berkata, kemudian menangis.
Rasulullah bertanya, "Kenapa, ya Jibril?" "Cucumu yang satu, Husain, tidak memiliki kafan. Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan," jawab Jibril.

Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah, "Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku tak kan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Mahamengetahui semua amalanmu. Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum Muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum Muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban!?" Tersedu Rasulullah mengenang istrinya semasa hidup Khadijah.

Dikisahkan, suatu hari, ketika Rasulullah pulang dari berdakwah, beliau masuk ke dalam rumah. Khadijah menyambut, dan hendak berdiri di depan pintu, kemudian Rasulullah bersabda, "Wahai Khadijah, tetaplah kamu di tempatmu." Ketika itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi. Sa'at itu seluruh kekaya'an mereka telah habis. Seringkali makanan pun tak punya, sehingga ketika Fatimah menyusu, bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. Darahlah yang masuk dalam mulut Fatimah r.a.

Kemudian Rasulullah mengambil Fatimah dari gendongan istrinya, dan diletakkan di tempat tidur. Rasulullah yang lelah sepulang berdakwah dan menghadapi segala caci-maki serta fitnah manusia itu, lalu berbaring di pangkuan Khadijah hingga tertidur. Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah hingga membuat beliau terjaga. "Wahai Khadijah, mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku?" tanya Rasulullah dengan lembut.

Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekaya'anmu habis. Adakah engkau menyesal, wahai Khadijah, bersuamikan aku ?" lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis. "Wahai suamiku, wahai Nabi Allah. Bukan itu yang kutangiskan," jawab Khadijah.

"Dahulu aku memiliki kemulia'an, Kemulia'an itu telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku adalah bangsawan, Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan Rasu-lNya. Dahulu aku memiliki harta kekaya'an, Seluruh kekaya'an itupun telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya."

"Wahai Rasulullah, sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah, sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit atau pun jembatan, maka galilah lubang kuburku, ambillah tulang-belulangku, jadikanlah sebagai jembatan bagimu untuk menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu."

"Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah, Ingatkan mereka kepada yang hak, Ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulullah." Rasulullah pun tampak sedih. "Oh Khadijahku sayang, kau meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku. Siapa lagi yang akan membantuku?" "Aku, ya Rasulullah!" sahut Ali bin Abi Thalib. jawab, menantu Rasullulah. Di samping jasad Siti Khadijah, Rasulullah kemudian berdo'a kepada Allah. "Ya Allah, ya ILahi Rabbiy, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam, Mempercayaiku pada sa'at orang lain menentangku, Menyenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku, Menenteramkanku pada sa'at orang lain membuatku gelisah."

 

Kamis, 05 Desember 2024

Pemenang Anugerah GTK Madrasah 2024

 

 

Kemenag Umumkan Pemenang Anugerah GTK Madrasah 2024, Yuk Lihat Daftarnya!


Dirjen Pendidikan Islam Abu Rokhmad

Dirjen Pendidikan Islam Abu Rokhmad

Jakarta (Kemenag) --- Kementerian Agama (Kemenag) memberikan Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah 2024.

Pemberian anugerah ini dilakukan dalam rangka perayaan Hari Guru Nasional (HGN) yang jatuh pada 25 November 2024. Anugerah ini merupakan apresiasi atas dedikasi luar biasa insan pendidik madrasah di seluruh Indonesia.

Para pemenang dipilih melalui seleksi ketat yang mempertimbangkan inovasi, dedikasi, dan kontribusi mereka dalam membangun pendidikan Islam berkualitas.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Abu Rokhmad menyebut bahwa penghargaan ini merupakan momentum untuk merayakan dedikasi guru madrasah yang menjadi ujung tombak pendidikan karakter bangsa. “Tema Hari Guru Nasional tahun ini, Guru Berdaya, Indonesia Jaya, selaras dengan komitmen Kementerian Agama untuk terus mendukung guru madrasah agar berdaya dalam inovasi, teknologi, dan pengembangan diri,” ujar Dirjen di Jakarta pada Selasa (26/11/2024).

“Guru-guru ini tidak hanya mencerdaskan anak bangsa tetapi juga membentuk generasi berakhlak mulia yang siap menyongsong masa depan,” lanjutnya.

Ia menambahkan bahwa kolaborasi dan inovasi guru madrasah merupakan bagian dari upaya membangun ekosistem pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman. “Anugerah ini bukan hanya penghormatan, tetapi juga motivasi bagi guru lain untuk terus berkontribusi secara maksimal. Ketika guru berdaya, Indonesia pasti berjaya,” tegasnya.

Direktur GTK Madrasah, Thobib Al Asyhar, juga menekankan pentingnya apresiasi ini sebagai pengakuan terhadap kerja keras para pendidik. “Penghargaan ini dirancang untuk menumbuhkan semangat kompetisi sehat dan inovasi di kalangan guru madrasah. Kami percaya bahwa setiap guru yang diberdayakan akan mampu melahirkan generasi pembelajar yang tangguh,” ucap Thobib.

Ia berharap acara ini menjadi inspirasi bagi seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk memberikan perhatian lebih kepada tenaga pendidik. “Guru madrasah adalah pilar penting dalam membangun masyarakat yang maju dan beradab. Mari kita terus mendukung mereka dengan penghargaan, pelatihan, dan fasilitas yang memadai,” tutupnya.

Berikut daftar pemenang Anugerah GTK Madrasah 2024:
1. Vini Firliani – Guru RA Inspiratif, RA Al Fitrah, Aceh Tengah, Aceh.
2. Rustam – Guru MI Inspiratif, MIN Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
3. Suharto – Guru MTs Inspiratif, MTsN 5 Jakarta, Jakarta Utara, DKI Jakarta.
4. Ahmad Zubaidi Amrullah – Guru MA Inspiratif, MAN 2 Gresik, Jawa Timur.
5. Nuryanti – Guru RA Inovatif, RA Istiqlal, Jakarta Pusat, DKI Jakarta.

6. Tolkah – Guru MI Inovatif, MI Al Islam Balesari, Magelang, Jawa Tengah.
7. Miftahul Khoir – Guru MTs Inovatif, MTs Al Hidayah, Tabanan, Bali.
8. Lita Luciana – Guru MA Inovatif, MAN 1 Bangka, Bangka Belitung.
9. Hudenah – Guru RA Berdedikasi, RA Ceding Ayu, Aceh Tengah, Aceh.
10. Khoirul Anwar – Guru MI Berdedikasi, MIN 3 Gunungkidul, DI Yogyakarta.

11. Minarsih – Guru MTs Berdedikasi, MTsS Persiapan Negeri Keerom, Papua.
12. Bahrudin Saiidi – Guru MA Berdedikasi, MAN 1 Halmahera Selatan, Maluku Utara.
13. Puput Yulianti – Kepala RA Berprestasi, RA Irbah Golden Age, Surabaya, Jawa Timur.
14. Iman Nurjaman – Kepala MI Berprestasi, MIS Ababil Jannah, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
15. Subhan Walad – Kepala MTs Berprestasi, MTsN 3 Paser, Kalimantan Timur.

16. Salbiah – Kepala MA Berprestasi, MAN 1 Mandailing Natal, Sumatera Utara.
17. Achmad Nasihi MT – Pengawas Madrasah Berprestasi, Kemenag Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
18. Nuraini Kusuma Wardhani – Tenaga Laboran Madrasah Berprestasi, Madrasah Madani Alauddin, Gowa, Sulawesi Selatan.
19. Dianita Rohmatin Setyani – Tenaga Pustakawan Madrasah Berprestasi, MAN 1 Mojokerto, Jawa Timur.

Cermin Akhlak Mulia, Hindari Banyak Bicara

 

 

 

Cermin Akhlak Mulia, Hindari Banyak Bicara

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Pada kesempatan kali ini, khatib jmengajak kepada jamaah Jumat untuk senantiasa mengingat apa yang sering disampaikan bilal sebelum khatib naik mimbar melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ أَنْصِتْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

Artinya: “Apabila kamu berkata kepada temanmu “diamlah” pada hari Jumat, sementara imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat tiada guna.” [HR al-Bukhari]

Melalui hadits ini, kita diingatkan untuk menjadi pribadi yang bisa menjaga diri untuk tidak banyak berbicara dan memahami situasi dan kondisi di mana, kapan, dan dengan siapa kita berbicara. Hal ini penting kita ingat dan aplikasikan bukan hanya pada saat khatib sedang menyampaikan khutbah saja, namun juga dalam aktivitas interaksi dengan orang lain dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kecenderungan manusia memang suka didengarkan daripada mendengarkan. Kita bisa amati bersama dalam sebuah forum bisa dipastikan ada saja orang yang mendominasi pembicaraan dan tidak mau mengalah dengan pendapatnya. Ketika menanggapi pembicaraan orang lain, ia pun cenderung mengedepankan ke-aku-annya dengan menonjolkan diri dengan apa yang dimilikinya. Banyak orang yang dalam sebuah forum masih saja tidak memahami orang lain. Sebaliknya, ia selalu ingin dipahami oleh orang yang diajak berbicara.

Tentu ini manusiawi. Namun jika kadarnya terlalu sering malah akan menjadikan kontraproduktif dan mengakibatkan dampak negatif dalam interaksi dan komunikasi. Jika komunikasi tidak berimbang dan tidak berlangsung dengan baik, maka orang lain akan bosan dan tidak menanggapi apa yang sedang dibicarakan. Imam al-Lu’lui mengatakan dalam syair Adabut Thalab:

وَفِي كَثِيْرِ الْقَوْلِ بَعْضُ الْمَقْتِ

Artinya: “Dalam banyaknya bicara dapat menimbulkan sebagian kebencian.”

Sehingga, di sinilah pentingnya keseimbangan dalam berbicara. Ada kalanya kita berbicara, namun ada kalanya kita mendengarkan. Kita perlu renungkan bahwa Allah swt menciptakan telinga lebih banyak dari mulut. Allah memberi karunia dua telinga di bagian kepala sebelah kiri dan kanan. Sementara mulut diciptakan oleh Allah swt satu buah. Hal ini sebenarnya memiliki hikmah yang mendalam bahwa kita diingatkan untuk lebih banyak mendengar daripada banyak berbicara. 

Saat berbicara pun, kita harus memperhatikan dengan siapa kita berbicara. Kita harus bisa memahami gerak-gerik, karakter, tingkat pemahaman dari orang yang diajak berbicara dan mengedepankan akhlakul karimah, tidak sombong dan tidak membangga-banggakan diri. Kita juga diingatkan untuk selalu introspeksi terhadap kekurangan diri dan menanggalkan sikap senang mengoreksi kekurangan-kekurangan orang lain.

Dalam kitab Shifat al-Shafwah, Imam Ibnu Jauzi mencatat sebuah riwayat tentang Imam Bakr bin Abdullah al-Muzani yang menyampaikan 4 pesan mendalam: 

  1. Ketika kamu melihat orang yang lebih tua darimu, katakanlah pada dirimu sendiri: ‘Orang ini telah mendahuluiku dengan iman dan amal saleh maka dia lebih baik dariku.’
  2. Ketika kau melihat orang yang lebih muda darimu, katakanlah: ‘Aku telah mendahuluinya melakukan dosa dan maksiat, maka dia lebih baik dariku.’
  3. Ketika kau melihat teman-temanmu memuliakan dan menghormatimu, katakanlah: ‘Ini karena kualitas kebajikan yang mereka miliki.’
  4. Ketika kau melihat mereka kurang (memuliakanmu), katakan: ‘Ini karena dosa yang telah kulakukan.”

Dari riwayat ini kita diajarkan untuk introspeksi dan menilai diri sendiri sebelum menilai orang lain. Bisa jadi yang menilai tidak lebih baik dari yang dinilai. Kita diajarkan untuk berbaik sangka (husnudzan) sebagai jalan pembuka pendewasaan spiritual dan menghadirkan pahala dari Allah swt.

Terkait dengan komunikasi Rasulullah saw pun telah mengingatkan umat Islam untuk memiliki tata krama dan etika. Dalam haditsnya, kita diingatkan untuk benar-benar berpikir matang pada apa yang akan kita ucapkan. Kita harus mempertimbangkan manfaat serta mudarat, keuntungan dan kerugian, serta apakah akan berdampak negatif atau positif. Dalam haditsnya Rasulullah bersabda: 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya: “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim).

Lisan kita ibarat pisau yang bermanfaat jika digunakan untuk hal-hal yang baik. Namun sebaliknya akan membawa bencana jika digunakan dengan tidak bijak. Bukan hanya melukai diri sendiri, namun bisa melukai orang lain. Bukan hanya luka yang bisa sembuh dalam waktu pendek, namun luka dalam hati yang bisa saja terus bersemayam dalam hati. Rasulullah mengingatkan dalam haditsnya:

أَكْثَرُ خَطَايَا إِبْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ

Artinya: “Mayoritas kesalahan anak Adam adalah pada lidahnya.” (HR. Thabrani).

Dengan penjelasan ini, mudah-mudahan kita senantiasa dianugerahi hati yang jernih yang terwujud dalam sikap dan perkataan lisan kita. Semoga Allah swt senantiasa menjaga lisan kita untuk tidak banyak berbicara hal-hal yang tidak penting. Semoga kita senantiasa bisa berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita dengan akhlak yang baik dan mulia sehingga kedamaian dan kebahagiaan akan senantiasa tercipta.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْن




 

 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

للَّهُمَّ ارْحَمْنَا بِالقُرْءَانِ. وَاجْعَلْهُ لَنَا إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًا وَرَحْمَةً. اللَّهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِينَا. وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا. وَارْزُقْنَا تِلَاوَتَهُ ءَانَآءَ الَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ. وَاجْعَلْهُ لَنَا حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

Bantu Siapa pun yang Membutuhkan

  Bantu Siapa pun yang Membutuhkan الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْ...