Sabtu, 31 Mei 2025

Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat

 

Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat

اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي نَوَّرَ بِالْقُرْآنِ الْقُلُوبَ، وَأَنْزَلَهُ فِي أَوْجَزِ لَفْظٍ وَأَعْجَزِ أُسْلُوبٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُصْطَفَى، وَنَبِيُّهُ الْمُرْتَضَى، مُعَلِّمُ الْـحِكْمَةِ، وَهَادِي الْأُمَّةِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ القيامة. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  

Kita semua adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam perjalanan hidup, kita selalu dikelilingi oleh kawan, sahabat, teman, atau pun kerabat. Namun, tidak semua dari mereka membawa dampak yang sama. Teman yang saleh akan mengajak kita kepada kebaikan, sedangkan teman yang buruk dapat menyeret kita ke dalam hal-hal yang negatif. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk selektif dalam memilih sahabat.

 Teman yang saleh dan bisa mengingatkan kita kepada Allah sangatlah penting bagi kehidupan dunia kita, terlebih untuk kehidupan akhirat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Sa’id al-Khudri, seorang Sahabat Nabi, menceritakan bahwa ketika di akhirat kelak, orang-orang beriman sudah memasuki pintu surga, mereka mengadu kepada Allah, dapatkah mereka mengajak orang-orang beriman yang sehari-hari menemani mereka di dunia, namun sayangnya jatuh ke jurang neraka, untuk diajak atau diselamatkan, atau diberi syafaat supaya bisa menuju surga bersama-sama. Sabda nabi Muhammad SAW:

 يَقُولُونَ: رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ، فَيُقَالُ لَهُمْ: أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ، فَتُحَرَّمُ صُوَرُهُمْ عَلَى النَّارِ، فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا قَدِ أَخَذَتِ النَّارُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ، وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ

 Artinya, “Orang-orang beriman berkata, ‘Wahai Tuhan kami, saudara-saudara kami (itu yang jatuh ke jurang neraka) dahulu berpuasa bersama kami, shalat bersama kami, dan berhaji bersama kami.’ Lalu dikatakan kepada mereka, ‘Keluarkanlah orang-orang yang kalian kenal!’ Maka wajah mereka dilindungi dari api neraka, dan mereka mengeluarkan banyak orang yang api telah membakar hingga setengah betis atau lututnya.” (Hadits riwayat Imam Muslim).

Hadits ini menggambarkan betapa besar peran teman yang saleh di akhirat. Ketika orang-orang beriman telah selamat dari neraka, mereka tidak melupakan saudara-saudara mereka yang pernah bersama-sama menjalankan ibadah. Mereka memohon kepada Allah untuk menyelamatkan teman-teman mereka, dan Allah memberikan izin untuk mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal dari siksa neraka. Hal ini menunjukkan bahwa teman yang saleh bukan hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga menjadi penolong di akhirat. Inilah nilai persahabatan yang sejati dalam Islam.

 

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Rasulullah SAW bersabda:

 عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَمِنُوا، فَمَا مُجَادَلَةُ أَحَدِكُمْ لِصَاحِبِهِ فِي الْحَقِّ يَكُونُ لَهُ فِي الدُّنْيَا بِأَشَدَّ مُجَادَلَةً لَهُ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ لِرَبِّهِمْ فِي إِخْوَانِهِمْ الَّذِينَ أُدْخِلُوا النَّارَ

 Artinya, “Dari Abu Sa’id, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila orang-orang beriman telah selamat dari neraka pada hari kiamat dan merasa aman, maka tidak ada perdebatan seseorang di antara kalian untuk membela hak temannya di dunia yang lebih keras daripada perdebatan orang-orang beriman kepada Tuhan mereka, untuk (menyelamatkan) saudara-saudara mereka yang dimasukkan ke dalam neraka’.” (HR Ahmad).

 Berdasarkan hadits di atas, Syekh Al-Muzhiri dalam kitab Al-Mafatih fi Syarhil Mashabih jilid 5 halaman 13 menjelaskan bagaimana kondisi orang-orang beriman sangat solid dan kompak, berharap kepada Allah supaya teman-temannya yang dahulu saling mengingatkan dalam kebaikan, memotivasi dalam beribadah dan beramal saleh, dapat dikeluarkan dari neraka dan masuk surga bersama-sama. Beliau menjelaskan:

 لَا يَكُونُ أَحَدٌ مِنْكُمْ أَكْثَرَ اجْتِهَادًا وَمُبَالَغَةً فِي طَلَبِ الْحَقِّ حِينَ ظَهَرَ لَكُمُ الْحَقُّ، مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي طَلَبِ خَلَاصِ إِخْوَانِهِمُ الْعُصَاةِ فِي النَّارِ مِنَ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

 Artinya, “Tidak ada seorang pun di antara kalian yang akan lebih bersungguh-sungguh dan lebih gigih dalam mencari kebenaran setelah kebenaran itu tampak jelas, melebihi kesungguhan orang-orang beriman dalam memohon keselamatan bagi saudara-saudara mereka yang durhaka dari siksa neraka pada hari kiamat.

 Kita dapat memahami bahwa menjalin persahabatan dengan orang-orang saleh merupakan investasi yang bernilai abadi. Di dunia, mereka menjadi sahabat yang senantiasa mengingatkan kita kepada Allah, mengajak kita pada kebaikan, dan menjauhkan kita dari kelalaian. Di akhirat kelak, mereka adalah para penolong yang dengan penuh keikhlasan memperjuangkan keselamatan kita dari siksa neraka. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam memilih teman. Pilihlah sahabat yang membawa kita semakin dekat kepada ketaatan kepada Allah, bukan mereka yang justru menjauhkan kita dari rahmat dan kasih sayang-Nya.

 Semoga kita semua bisa bersahabat dan berkumpul dengan orang-orang saleh sehingga bisa membawa manfaat, keberkahan, dan keselamatan di dunia dan akhirat.  

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

 

Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci

 

Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ شَرَعَ لِعِبَادِهِ شَرَائِعَ الدِّيْنَ, وَفَضَّلَ اَيَّامًا عَلَى اَيَّامٍ لِزِيَادَةِ الْيَقِيْنِ ,وَجَعَلَ الْحَجَّ مَظْهَرًا لِلتَّقْوَى وَ الطَّاعَةِ وَالْخُشُوْعِ وَ الْحَنِيْنِ, وَكَلَّفَ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا لِيَكُوْنَ مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ. وَأَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ  وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang wajib ditunaikan oleh kaum muslimin yang mampu melaksanakannya. Kewajiban ini bukanlah sebuah anjuran semata, melainkan salah satu ketetapan yang secara langsung disampaikan oleh Allah SWT. Sebagaimana penjelasan yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 97:

وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Artinya: “(Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.”

Siapa saja yang belum diberikan kesempatan mengunjungi tanah suci untuk beribadah haji, janganlah sampai bersedih hati. Karena sesungguhnya Allah telah memberikan kemudahan kepada umat Islam melalui berbagai amalan yang pahalanya setara dengan ibadah haji. Allah membukakan pintu-pintu kebaikan yang dapat dilakukan setiap hari dengan mudah. Melalui Rasul-Nya yang mulia, Dia telah memberikan kabar gembira tentang amalan-amalan ini dalam hadits.

Amalan pertama yang pahalanya setara dengan haji dan umrah adalah ibadah shalat subuh secara berjamaah yang dirangkai dengan duduk atau i’tikaf sembari mengingat Allah hingga terbit fajar dan melakukan shalat syuruq dua rakaat setelahnya. Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah SAW melalui haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, bersumber dari sayyidina Anas RA:

‌مَنْ ‌صَلَّى ‌الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللّٰهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, maka dia mendapatkan pahala seperti haji dan umrah.” Anas melanjutkan, Rasulullah bersabda: “Sempurna, sempurna, sempurna.

Muhammad bin Abdul Hadi as-Sindi dalam kitab Hasyiatus Sindi ‘ala Sunan at-Tirmidzi, jilid 1, halaman 515, menjelaskan, bahwasanya sabda Nabi Saw yang mengatakan, “Sempurna, sempurna, sempurna.” di penghujung hadits tersebut mengisyaratkan kesempurnaan sifat pahala yang diperoleh dari setiap ibadah yang telah disebutkan. Yakni, mulai dari sholat subuh, duduk i’tikaf, dan shalat sunnah syuruq. Selain itu, pengulangan kata menandakan penegasan makna.

Selanjutnya, amalan kedua yang pahalanya setara dengan haji, umrah, dan jihad sekaligus adalah berbakti kepada orang tua. Sebagaimana hal ini diterangkan oleh Rasulullah Saw dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, bersumber dari sayyidina Anas bin Malik RA:

 عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: ‌إِنِّي ‌أَشْتَهِي ‌الْجِهَادَ وَلَا أَقْدِرُ عَلَيْهِ قَالَ: فَهَلْ بَقِيَ أَحَدٌ مِنْ وَالِدَيْكَ فَقَالَ: أُمِّي قَالَ: فَابْلُ اللّٰهَ عُذْرًا فِي بِرِّهَا ، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ وَمُعْتَمِرٌ وَمُجَاهِدٌ إِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ، فَاتَّقِ اللّٰهَ وَبَرَّهَا

Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata, seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw dan mengatakan: “Sungguh, aku ingin berjihad tetapi aku tidak mampu.” Nabi Saw bertanya: “Apakah masih ada orang tuamu yang hidup?” Ia menjawab: “Ibuku.” Nabi Saw bersabda: “Allah menerima udzurmu dengan berbakti kepadanya, maka sesungguhnya jika kamu lakukan itu, kamu seperti orang yang berhaji, berumrah, dan berjihad.'" (HR. Thabrani)

Meskipun kita belum memiliki kesempatan untuk menunaikan haji secara langsung ke tanah suci, kita tidak boleh bersedih dan khawatir. Allah memberikan amalan yang dapat kita lakukan dan ganjarannya setara dengan berhaji dan berumrah atau bahkan lebih. Apabila kita melaksanakan ibadah shalat subuh secara berjamaah, lalu beritikaf atau duduk seraya berdzikir kepada Allah sampai terbit fajar dan melaksanakan shalat syuruq dua rakaat, maka amalan yang kita laksanakan tersebut, pahalanya setara dengan haji dan umrah.

Selain itu, jika kita punya orang tua yang masih hidup dan kita melaksanakan kebaktian kepada mereka, maka ganjaran yang akan kita terima dari sisi Allah, sama dengan berhaji, berumrah dan berjihad sekaligus. Oleh karenanya, mari kita optimalkan segala potensi ibadah yang telah dianugerahkan oleh Allah ta'ala untuk memudahkan kita dalam meraih ridha-Nya. Semoga di kesempatan yang berbeda, Allah mengizinkan kita mengunjungi rumahnya, Baitullah, di tanah suci dan diberikan anugerah berangkat bersama orang-orang tercinta.

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ




 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى

وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ. وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ وَالْمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

 

Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban

 

Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ ۝١ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ۝٢ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ۝٣

   Ada dua ibadah yang identik dan tidak bisa terpisahkan dari bulan Dzulhijjah karena memang hanya bisa dilakukan di bulan ini, yakni ibadah haji dan kurban. Selain sebagai syariat yang telah digariskan dalam agama Islam, dua ibadah ini memiliki hikmah yang mendalam untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kita dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedua ibadah ini mengandung nilai-nilai penghambaan total, pengorbanan, dan keikhlasan.

 Dalam ibadah haji kita harus meninggalkan kenyamanan hidup, mengeluarkan biaya yang tak sedikit, menempuh perjalanan jauh, dan menjalankan serangkaian manasik dan amalan yang melatih kesabaran, disiplin, serta tunduk sepenuhnya pada perintah Allah. Dalam Kitab I‘anatut Thalibin juz II, halaman 310 sahabat Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa tidak ada satupun rangkaian manasik haji kecuali di dalamnya mengandung hikmah luar biasa, nikmat yang melimpah, dan rahasia yang tidak cukup diungkapkan oleh kata-kata.

 Seperti saat kita harus memakai pakaian ihram, yakni dua lembar kain putih yang mirip dengan kondisi kita saat meninggalkan dunia ini dan berkumpul pada hari hisab. Dalam haji kita juga diwajibkan melaksanakan puncak ibadah haji yakni Wukuf di Arafah. Wukuf merupakan simbol yang mengingatkan kita pada saat esok akan dikumpulkan semua di Padang Mahsyar dan harus mempertanggungjawabkan amal perbuatan kita di dunia. Pada saat itu kita tidak bisa berbohong sebagaimana disebutkan dalam surat Yasin ayat 65:

 اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ۝٦٥

Pada hari ini Kami membungkam mulut mereka. Tangan merekalah yang berkata kepada Kami dan kaki merekalah yang akan bersaksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

 Rukun lain yang harus kita lakukan saat berhaji adalah melakukan Thawaf yakni mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali yang merupakan simbol penyatuan diri kita kepada Allah pada satu titik dan orbit dengan menyingkirkan pusat ego masing-masing.

 

Selanjutnya ibadah Sa’i yakni berlari-lari kecil dari bukit Shafa dan Marwa juga memberikan gambaran hikmah bahwa Sa’i bukan sekadar berlari secara fisik. Ia adalah zikir yang berjalan, doa yang bergerak, dan cermin dari perjuangan manusia yang paling hakiki: mencari harapan ketika tak ada jalan yang terlihat dan pertolongan Allah kadang hadir dari arah yang tak disangka.

 Ibadah haji ditutup dengan Tahalul yakni mencukur rambut sebagai simbol membersihkan diri dari kotoran dan dosa seraya berharap Allah mencatat semua ibadah sebagai pahala, melipatgandakan ganjaran, melindunginya dari neraka dan menjadikan setiap helai rambutnya yang dicukur sebagai cahaya, dan memberikan jaminan keamanan dan keselamatan.

 Maka dari itu, Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah. Tidak berlebihan jika disebutkan bahwa haji adalah peradaban ibadah yang membentuk manusia menjadi makhluk yang ta’abbudī (hamba yang tunduk) dan ta’adubī (manusia yang beradab). Maka Rasulullah pun mengungkapkan pahala ibadah haji dalam haditsnya:

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang berhaji lalu ia tidak berkata kotor dan tidak berbuat fasik, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi).

Sementara ibadah kurban juga memiliki hikmah mendalam saat kita bisa melakukannya. Ibadah ini menuntut keikhlasan dalam memberikan sesuatu yang dicintai (hewan ternak terbaik) demi menjalankan perintah-Nya, meneladani keimanan Nabi Ibrahim dan ketaatan Nabi Ismail kepada Allah. Kurban menyadarkan kita akan hakikat kehidupan, memperkuat hubungan vertikal dengan Allah, dan menumbuhkan empati horizontal serta solidaritas sosial sebagai wujud keimanan yang sejati.

 Dalam Kitab Tafsiru Ayatil Ahkam minal Qur’an juz I, halaman 504 disebutkan bahwa ibadah kurban juga merupakan bentuk syiar agama Allah. Kurban juga merupakan upaya kita mendekatkan diri kepada Allah untuk meraih ampunan dan ridha-Nya. Pemotongan hewan kurban menjadi sarana kaffarah atau penebusan dosa serta kekhilafan yang kita lakukan. Kurban juga mengajarkan kepada kita untuk membiasakan diri ikhlas dalam ucapan dan amal perbuatan dengan mengeluarkan harta kita dan diberikan pada orang lain. Kurban mengajarkan kita untuk berkorban dengan harta yang pada hakikatnya bukanlah milik kita.

 Mudah-mudahan kita diberikan kekuatan dan kemampuan oleh Allah untuk melaksanakan dua ibadah ini di bulan Dzulhijjah. Semoga kita tergolong orang-orang yang dekat dengan Allah dan mampu mengambil hikmah mendalam dari ibadah haji dan kurban.

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

 


 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَ كَفَرَ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً. اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ ﷲ، اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.  فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ، يٰۤـاَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيمًا

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Bantu Siapa pun yang Membutuhkan

  Bantu Siapa pun yang Membutuhkan الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْ...