Kamis, 31 Agustus 2023

Larangan Meremehkan Orang Lain

 

Larangan Meremehkan Orang Lain

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. أَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ.

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْراً مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْراً مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْأِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Mari kita kuatkan iman, kita tingkatkan takwa, kita teguhkan akidah, dan kita upayakan istiqamah dalam diri kita untuk mengerjakan ibadah kepada Allah swt, sebab hanya dengan cara inilah kita semua akan menjadi hamba yang selamat, baik di dunia maupun di akhirat.

Salah satu ajaran mulia dalam Islam adalah larangan untuk meremehkan dan mengolok-olok orang lain. Tidak ada satu alasan pun yang bisa dibenarkan untuk meremehkan orang lain, baik alasan suku, ras, budaya, bangsa, kultur, agama dan lainnya, khususnya di Indonesia yang notabenenya terdiri dari macam-macam suku, agama dan budaya.

Saling menghormati dan memuliakan orang lain merupakan salah satu pilar penting dalam Islam. Tujuannya adalah agar kerukunan antar sesama terus terjalin. Karenanya, kita semua tidak diperbolehkan untuk saling meremehkan dan merendahkan orang lain dalam keadaan apa pun, sebab bisa jadi mereka yang kita remehkan lebih baik dan lebih mulia di sisi Allah. Hal ini sebagaimana terekam dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْراً مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْراً مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالأَلْقَابِ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.” (QS Al-Hujurat [49]: 11).

Syekh Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili dalam kitab Tafsir Mafatihul Ghaib menjelaskan bahwa ayat ini merupakan etika setiap orang mukmin dengan orang mukmin lainnya, dan etika setiap mukmin dengan semua manusia secara umum. Dengan kata lain, kita semua tidak diperkenankan meremehkan orang lain, baik yang seagama maupun tidak. Kita tidak diperkenankan meremehkan sesama muslim, karena bisa jadi mereka lebih mulia di sisi Allah swt.

Kita juga tidak diperkenankan meremehkan pemeluk agama lain bukan berarti karena mereka lebih mulia dari umat Islam, tentu tidak demikian. Barometer kemuliaan setiap orang hanyalah ketakwaan. Hanya saja, bisa jadi nasib akhir hayat mereka yang lebih mulia dari kita karena masuk Islam.

Salah satu contohnya adalah sahabat nabi yang dikenal sangat pemberani, yaitu Sayyidina Umar bin Khattab. Ia merupakan salah satu sahabat yang memiliki masa lalu yang kelam, bahkan sebelum masuk Islam, ia adalah orang yang sangat berambisi untuk membunuh nabi. Namun apa hendak dikata, takdir Allah berkata lain, justru setelah Umar memeluk Islam, ia menjadi sahabat yang sangat dekat dengan nabi dan menjadi kebanggaan umat Islam. Inilah salah satu alasan kenapa kita semua tidak diperkenankan meremehkan pemeluk agama lain.

Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah memberikan lima tips bagi kita semua agar tidak meremehkan orang lain dalam keadaan seperti apa pun, baik pada yang lebih tua, muda, beda suku dan budaya, beda nasab, bahkan pada non-muslim sekali pun.

Cara pertama, Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa jika kita bertemu dengan orang yang lebih muda, maka katakanlah dalam hati bahwa kemaksiatan dan dosa yang ia lakukan lebih sedikit dari maksiat dan dosa yang pernah kita perbuat, maka sudah pasti dia lebih baik dan lebih mulia dari kita.

Cara kedua ketika bertemu dengan orang yang lebih tua, maka kita harus yakin bahwa ibadah dan kebaikan yang ia lakukan lebih banyak dari ibadah dan kebaikan kita. Dengan demikian, tentu ia juga lebih baik dan lebih mulia dari kita.

Cara ketiga, ketika melihat orang yang berilmu, maka katakanlah dalam hati bahwa ia sudah mendapatkan kemuliaan dan anugerah dari Allah berupa pengetahuan, dan semua ibadah dan perbuatannya akan berlandaskan ilmu, tentu ia lebih baik dan lebih mulia dari kita.

Cara keempat yaitu ketika bertemu dengan orang bodoh, maka katakanlah dalam hati bahwa jika ia melakukan kesalahan maka pada hakikatnya kesalahan itu disebabkan ketidaktahuannya, sementara kita melakukan kesalahan disertai pengetahuan, tentu ia juga lebih baik dari kita.

Tidak hanya itu, bahkan cara kelima kita juga tidak boleh meremehkan orang yang tidak seagama dengan kita. Caranya adalah ketika kita bertemu dengan mereka, maka katakan dalam hati bahwa tidak ada yang tahu pada akhir hayat setiap orang, bisa jadi ia akan masuk Islam dan semua dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah, dan bisa juga kita akan tersesat dan mati dalam keadaan su’ul kahtimah, naudzubillah,

وَإِنْ كَانَ كَافِرًا قُلْتَ: لَا أَدْرِي، عَسَى أَنْ يُسْلَمَ وَيُخْتَمَ لَهُ بِخَيْرِ الْعَمَلِ، وَيَنْسَلَ بِإِسْلَامِهِ مِنَ الذُّنُوْبِ. وَأَمَّا أَنَا - وَالْعِيَاذُ بِاللهِ - فَعَسَى أَنْ يُضِلَّنِي اللهُ فَأَكْفُرُ فَيُخْتَمُ لِي بِشَرِّ الْعَمَلِ فَيَكُوْنُ غَدًا هُوَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ وَأَنَا مِنَ الْمُبَعَّدِيْنَ

Artinya, “Dan jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah: Aku tidak tahu, bisa jadi ia akan masuk Islam dan mati dalam keadaan husnul khatimah, dengan Islamnya semua dosa-dosanya akan terhapus. Sedangkan aku, bisa saja Allah membuatku tersesat, akhirnya menjadi kafir, kemudian pekerjaanku dicatat sebagai paling jeleknya perbuatan. Maka kelak (di akhirat) dia akan menjadi bagian orang-orang yang istimewa (masuk surga), dan aku akan menjadi bagian orang yang jauh dari Allah (masuk neraka).

Itulah alasan-alasan yang harus selalu kita ingat agar tidak pernah meremehkan orang lain dengan keadaan apa pun dan status apa pun. Islam tidak pernah membolehkan pemeluknya untuk meremehkan orang lain, sebab  kemuliaan sejati dalam Islam hanyalah bisa diraih dengan ilmu dan keimanan, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya, “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Muadilah [58]: 11).

Karena itu, mari kita semua terus berusaha untuk terus belajar dan meningkatkan keimanan kepada Allah swt, tanpa meremehkan ataupun merendahkan orang lain, karena bisa saja orang yang kita rendahkan lebih mulia di sisi Allah swt. Meremehkan orang lain bukanlah ajaran Islam.

Demikian khutbah Jumat perihal larangan bagi kita semua agar tidak pernah meremehkan orang lain. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ .بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Rabu, 23 Agustus 2023

Asesmen Nasional terdiri dari tiga instrumen

 

Asesmen Nasional terdiri dari tiga instrumen, yaitu:
  • Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur literasi membaca dan literasi matematika (numerasi) murid.
  • Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter murid
  • Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat satuan pendidikan.

 

Apa Itu Asesmen Nasional ?

 

Apa Itu Asesmen Nasional ?



Asesmen Nasional adalah program evaluasi yang diselenggarakan oleh Kemdikbud untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memotret input, proses dan output pembelajaran di seluruh satuan pendidikan.

Asesmen Nasional dilaksanakan dengan 3 (tiga) instrumen yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM Literasi, Numerasi), Survey Karakter dan Survey Lingkungan Belajar

 

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dilakukan untuk mengukur literasi membaca dan numerasi

 

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dilakukan untuk mengukur literasi membaca dan numerasi
  • Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia dan untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.
  • Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.

 

Asesmen Kompetensi Minimum

 

Asesmen Kompetensi Minimum

Mengapa AKM?

AKM menanggapi kebutuhan global saat ini bahwa peserta didik diharapkan mampu beradaptasi dengan dunia yang cepat berubah dan berpartisipasi aktif di masyarakat. Oleh karena itu, peserta didik perlu menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dua kemampuan yang menentukan kecakapan seseorang untuk belajar sepanjang hayat adalah kompetensi literasi membaca atau literasi matematika, yang sering disebut numerasi. Dua kompetensi ini penting karena peserta didik perlu mengembangkan keterampilan logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan untuk memahami, memilah, dan menggunakan informasi secara kritis

Konteks AKM terdiri dari:

  • Personal
  • Sosial Budaya
  • Saintifik

Bentuk Soal AKM terdiri dari:

  • Pilihan Ganda (PG)
  • Pilihan Ganda Kompleks (PGK)
  • Menjodohkan
  • Isian
  • Uraian

Konten dalam Literasi Membaca

  • Teks Fiksi
  • Teks Informasi

Domain dalam Literasi Matematika (Numerasi)

  • Bilangan
  • Geometri dan Pengukuran
  • Aljabar
  • Data dan Ketidakpastian

Level Kognitif dalam Literasi Membaca

  • Menemukan Informasi
  • Menafsirkan dan Mengintegrasikan
  • Mengevaluasi dan Merefleksi

Level Kognitif dalam Literasi Matematika (Numerasi)

  • Pemahaman
  • Penerapan
  • Penalaran

 

SEJARAH RUPIAH

      SEJARAH RUPIAH Uang Rupiah telah menjadi bagian dari sejarah perjalanan Bangsa Indonesia. Sebelum Rupiah hadir, Pemerintah Indonesia...