Minggu, 26 Oktober 2025

Etika Menjaga Privasi dan Menutup Aib Orang Lain di Era Digital Menurut Islam

 

Etika Menjaga Privasi dan Menutup Aib Orang Lain di Era Digital Menurut Islam

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ السِّتْرَ خُلُقًا لِلصَّالِحِينَ، وَنَهَى عَنِ التَّجَسُّسِ وَتَتَبُّعِ أَخْبَارِ النَّاسِ سِّرًا وَعَلَانِيَةً بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الملك الحق المبين، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصادق الوعد الأمين. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، اَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ. وَقَدْ قَالَ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Saat ini kita hidup di era digital. Melalui internet dan media sosial, semua orang dapat dengan mudah mengetahui berbagai informasi, kehidupan pribadi orang lain, bahkan sampai ke hal-hal yang seharusnya tidak perlu diketahui publik. Karena hal tersebut, tidak sedikit dari kita yang merasa senang ketika menemukan kesalahan atau aib orang lain, lalu dengan cepat menyebarkannya ke berbagai platform, sehingga membicarakannya di kehidupan nyata. Padahal, Islam dengan tegas melarang umatnya untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Setiap individu yang merasa dirinya muslim, wajib menjaga kehormatan orang lain dan tidak mencampuri urusan pribadi yang bukan tanggung jawabnya, apalagi sampai ke ranah privasi. Sebagaimana larangan ini ditegaskan oleh Allah swt dalam firman-Nya, surat al-Hujurat ayat 12:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”
            Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan makna kata “Wa la tajassasu” yang berarti “Janganlah mencari kesalahan (menyingkap privasi orang lain)”, secara rinci dalam Tafsir Al-Munir jilid XXVI, halaman 255. Beliau menafsirkan bahwa larangan ini mencakup perilaku mencari-cari aib, menelusuri kekurangan, atau mengungkap hal-hal yang telah ditutupi oleh sesama Muslim.

وَلَا تَجَسَّسُوا، أَيْ لَا تَبْحَثُوا عَنْ عَوْرَاتِ الْمُسْلِمِينَ وَمَعَايِبِهِمْ، وَتَسْتَكْشِفُوا مَا سَتَرُوهُ، وَتَسْتَطْلِعُوا أَسْرَارَهُمْ، فَالتَّجَسُّسُ: الْبَحْثُ عَمَّا هُوَ مَكْتُومٌ عَنْكَ مِنْ عُيُوبِ الْمُسْلِمِينَ وَعَوْرَاتِهِمْ

“(Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain), yakni janganlah kalian menyelidiki aib dan kekurangan kaum Muslimin, menyingkap apa yang mereka tutupi, serta mencoba mengetahui rahasia-rahasia mereka. Adapun tajassus (memata-matai) ialah mencari sesuatu yang tersembunyi darimu berupa cela dan aib kaum Muslimin.”

Selain larangan tegas yang bersumber langsung dari Allah swt, larangan mencari-cari kesalahan dan menyingkap privasi ini juga datang dari Nabi Muhammad Saw. Dalam haditsnya, Rasulullah saw memberikan peringatan keras kepada kaum muslimin. Beliau melarang umat Islam untuk menggunjing dan mencari-cari aib saudaranya, sebab perbuatan itu dapat merusak hubungan sosial, keimanan, dan menimbulkan perpecahan. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bersumber dari Abu Barzah al-Azlami:

عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ‌يَا ‌مَعْشَرَ ‌مَنْ ‌آمَنَ ‌بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ، لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ، وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ يَتَّبِعْ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللّٰهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللّٰهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ

"Dari Abu Barzah al-Aslami ra., ia berkata: Rasulullah Saw bersabda, “Wahai sekalian orang yang beriman hanya dengan lisannya, namun iman belum masuk ke dalam hatinya, Janganlah kalian menggunjing kaum Muslimin, dan jangan pula mencari-cari aib mereka. Sesungguhnya siapa yang mencari-cari aib saudaranya, maka Allah akan membuka aibnya. Dan siapa yang Allah buka aibnya, niscaya Allah akan mempermalukannya meskipun di dalam rumahnya sendiri.” (HR. Ahmad)

Mulai saat ini, kita harus belajar menjaga privasi dan menahan diri dari mencari aib orang lain. Karena tindakan tersebut merupakan standar etika kita sebagai umat Islam yang baik dan menghargai sesama manusia. Perlu diingat, bahwa Allah secara tegas melarang kita untuk mencari-cari kesalahan dan aib orang lain, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hujurat ayat 12. Begitu pula Rasulullah saw memperingatkan agar umatnya tidak mengintai dan membuka aib sesama Muslim, karena siapa yang melakukan hal itu, Allah akan membuka aibnya bahkan di rumahnya sendiri.

Terakhir, sebagai penutup, di era digital yang serba terbuka ini, ujian menjaga lisan dan jari akan menjadi semakin berat. Oleh sebab itu, marilah kita berhati-hati dalam menggunakan internet, media sosial, tidak mudah menyebarkan keburukan, dan selalu menutup aib sesama sebagaimana kita ingin aib kita ditutup oleh Allah swt, baik di dunia, maupun akhirat.

 بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Minggu, 05 Oktober 2025

Cahaya Baru di MI Nurul Jannah NW Ampenan

 

Cahaya Baru di MI Nurul Jannah NW Ampenan

Renovasi Madrasah Berkat Dukungan BAZNAS RI, Yayasan, dan Komite Sekolah

Ampenan, Mataram — Hujan yang dahulu menjadi momok bagi warga madrasah, kini berubah menjadi berkah penuh syukur di MI Nurul Jannah NW Ampenan. Setelah sekian lama berjuang dengan kondisi atap yang bocor, kini madrasah tersebut tampil dengan wajah baru yang lebih kokoh, bersih, dan menenangkan.

Sebelumnya, setiap kali hujan turun, para guru dan siswa harus menyiapkan ember dan kain pel di berbagai sudut kelas. Air hujan yang menetes dari langit-langit sering membuat proses pembelajaran terganggu. Tidak jarang, kegiatan belajar harus dihentikan sementara untuk memindahkan barang-barang agar tidak terkena rembesan air.

Namun, titik balik itu datang ketika Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Republik Indonesia memberikan bantuan dana sebesar Rp25.000.000 untuk mendukung renovasi madrasah. Bantuan ini menjadi napas baru bagi MI Nurul Jannah NW Ampenan untuk memperbaiki sarana yang selama ini sangat membutuhkan perhatian.

Dengan penuh rasa syukur, pihak madrasah segera memanfaatkan dana tersebut untuk melakukan renovasi total pada bagian atap yang sebelumnya menggunakan genteng, kemudian diganti dengan spandek yang lebih kuat dan tahan bocor. Hasilnya, kini ruang-ruang belajar terasa lebih aman, nyaman, dan sejuk.

Selain itu, renovasi juga meliputi pengecatan dinding, jendela, dan pintu, sehingga tampilan madrasah kini jauh lebih cerah dan asri. Plafon teras pun ikut diganti, menambah kesan rapi dan menyambut bagi siapa saja yang datang berkunjung.

Tidak hanya berhenti pada bantuan dari BAZNAS, pihak yayasan dan komite madrasah juga turut berkontribusi secara nyata. Dengan semangat kebersamaan dan rasa tanggung jawab terhadap pendidikan, mereka ikut mengucurkan dana tambahan untuk menutupi kebutuhan renovasi yang belum terpenuhi dari dana awal. Dukungan dari dua pihak ini menjadi penopang penting yang memastikan proses renovasi berjalan lancar dan sesuai dengan harapan.

“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur atas bantuan dan perhatian dari BAZNAS RI. Begitu pula kami menyampaikan terima kasih kepada pihak yayasan dan komite yang turut membantu secara moril maupun finansial. Tanpa kerja sama semua pihak, renovasi ini tentu tidak akan berjalan sebaik ini,” ungkap Kepala MI Nurul Jannah NW Ampenan, dengan mata berbinar penuh rasa syukur.

Kini, suasana belajar di madrasah terasa sangat berbeda. Anak-anak datang ke sekolah dengan semangat baru. Mereka bangga bisa belajar di ruang kelas yang bersih, indah, dan nyaman. Tak lagi ada kekhawatiran saat langit mendung — hanya ada keceriaan dan rasa syukur di setiap langkah.

Guru-guru pun turut merasakan manfaatnya. Proses belajar mengajar kini berlangsung lebih efektif tanpa gangguan kebocoran atau kegiatan darurat seperti memindahkan meja dan mengepel lantai. Semangat kerja para pendidik meningkat seiring dengan lingkungan belajar yang semakin layak dan kondusif.

Renovasi madrasah ini bukan sekadar perbaikan fisik. Ia menjadi simbol nyata sinergi antara lembaga zakat nasional, yayasan pendidikan, komite madrasah, dan masyarakat dalam mendukung dunia pendidikan Islam. Dari ruang yang dahulu penuh genangan air, kini lahir generasi yang belajar dalam lingkungan penuh cahaya dan harapan.

Dengan wajah baru yang bersih dan cerah, MI Nurul Jannah NW Ampenan kini berdiri tegak sebagai bukti bahwa kepedulian dan gotong royong masih menjadi kekuatan utama di tengah masyarakat.

“Berkat bantuan BAZNAS RI, serta dukungan yayasan dan komite, madrasah kami kini tak hanya lebih indah, tapi juga lebih bermakna. Semoga dari sini lahir generasi yang cerdas, berakhlak, dan berbakti bagi bangsa,” tutup kepala madrasah penuh haru.

Mengambil Hikmah dari musibah Aceh dan Sumatra

  Mengambil Hikmah dari musibah Aceh dan Sumatra اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِإِدْخَالِ السُرُوْرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِل...