UJIAN, MENAIKKAN DERAJAT
Setiap musibah dan kebaikan yang
menimpa orang beriman merupakan ujian dari Allah Swt. Sesuai dengan
Firman-Nya, “Setiap jiwa pasti akan mati. Dan Kami uji kalian dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; kepada Kamilah kalian kembali.”
(QS al-Anbiya’: 35).
Ujian baik berupa keburukan maupun kebaikan sejatinya untuk meningkatkan derajat di sisi Allah.
“Semua
ujian dan cobaan yang diberikan justru menunjukkan adanya rasa kasih
sayang Allah kepada hamba yang beriman. Di mana semakin tinggi tingkat
keimanan seseorang maka akan bertambah berat pula ujian dan cobaan yang
akan dihadapinya,”
Para Nabi sekalipun menghadapi banyak jalan
terjal dalam mengemban risalah Allah. Akan tetapi mereka selalu
mengajarkan hidup lapang dan optimistik. Agar insan beriman tidak serba
sempit dan negatif dalam menghadapi musibah dan masalah. Selain para
Nabi, orang-orang shaleh juga tidak mungkin lepas dari ujian Allah Swt.
“Seperti
Allah menguji Nabi Ayub Alaisi salam dengan kemiskinan dan penyakit
yang sangat berat selama berpuluh tahun, tetapi beliau tetap sabar.
Setelah
para Nabi dan Rasul, orang yang menerima ujian berat adalah para
shalihin dan ulama, baru secara berurutan ujian yang ringan kepada orang
awam.
Ketika seseorang berikrar Amantu Billah, maka Allah akan menyiapkan ujian baginya,
“musibah”
yang berupa kebaikan, maka hal itu berasal dari Allah, dan bila
“musibah” berupa keburukan –yang kemudian disebut dengan bencana—maka
hal itu berasal dari perbuatan manusia sendiri. Karenanya, tidak semua
musibah adalah bencana.
Musibah yang disebut bencana dan bermakna
negatif adalah musibah yang mendatangkan keburukan bagi manusia dan hal
itu merupakan hasil dari perbuatan manusia sendiri juga, bukan dari
Allah, meskipun secara kasat mata musibah itu terjadi di alam. Hal
tersebut berdasarkan QS. Al-Syura ayat 30.
“Musibah terjadi
akibat ulah perbuatan dosa dan kesalahan manusia itu sendiri, baik itu
disebabkan karena kekufuran, kemunafikan, dan kemaksiatan mereka kepada
Allah. Oleh karena itu, saat musibah datang agar tidak mudah menyalahkan
orang lain, apalagi menyalahkan Allah dan bahkan menyalahkan
taqdir-Nya,”
وقد يبتلي الله الإنسان بمصيبة لا جزاء له على عمل سيء وقع منه، ولكن من أجل أن ترتفع بذلك درجته وينال مقام الصابرين
"Adakalanya Allah Ta'ala menguji seseorang dengan sebuah musibah bukan sebagai balasan atas perbuatan buruk yang dia lakukan.
Akan tetapi agar dengan musibah tersebut terangkat derajatnya dan dapat meraih kedudukan orang-orang yang sabar."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar